Oleh : Muhamad Yakub.
Sebagai manusia, banyak perbuatan kita yang dianggap benar, namun, sayangnya, dari sudut manapun, marah tidak pernah dianggap benar. Sebagian dari Anda, barangkali menilai hal ini sungguh tidak adil, sementara banyak kejadian di sekitar kita, entah di tempat kerja, di rumah atau di jalan raya yang memicu kemarahan.Pernahkan Anda mengalami ketidakadilan di tempat kerja? Anda sudah bekerja keras selama bertahun-tahun tapi tidak pernah mendapat penghargaan. Atau Anda merasa beban kerja terlalu berat tapi tidak ada yang peduli. Hal lain misalnya, Anda sebenarnya ingin sekali bekerja sebaik mungkin, tapi tidak pernah diberi kesempatan. Anda berhak marah? Tentu saja.
Hari Senin pagi, ketika mata Anda masih setengah mengantuk, namun harus bergegas tiba di kantor, dan di jalan raya Anda sudah berusaha mengemudikan kendaraan di jalur yang benar, tiba-tiba banyak kendaraan umum main serobot dalam antrean hingga mengakibatkan Anda terjebak kemacetan, apakah Anda berhak marah? Mengapa tidak.
Malam hari, ketika Anda tiba di rumah dalam keadaan lelah baik fisik mau pun mental karena bekerja keras seharian di kantor, tetapi pasangan Anda masih terus memaksa Anda melakukan segala macam tetek bengek yang seharusnya bisa ia kerjakan sendiri, berhakkah Anda marah? Tentu saja.
Karena kapan saja, Anda bisa dihadapkan pada situasi-situasi yang membuat emosi meluap, namun karena pelampiasan rasa marah tidak pernah dianggap benar, terutama dalam masyarakat Indonesia -yang katanya penuh tata krama- paling tidak berusahalah marah secara benar.
"Anda perlu mengungkapkan amarah Anda, tetapi dalam banyak situasi ada batasan-batasan dalam pengungkapannya," kata Dr Sandra Thomas, R.N, Ph.D seorang peneliti perihal amarah dan direktur Center for Nursing Research di University of Tennese, Knoxville.
"Sebagai contoh, biasanya kurang menguntungkan bila Anda mengungkapkan perasaan marah di tempat kerja kepada atasan Anda, atau kepada rekan kerja. Bahkan meski pun Anda merasa benar dan dapat menunjukkan semua bukti dan nalar yang mendukung, sebab orang lain cenderung bersikap defensif dan belakangan menunjukkan keinginan balas dendam," tambah Dr Thomas.
Tidak hanya etika sosial yang menyebabkan Anda harus membatasi rasa marah -apalagi kita dibesarkan dalam budaya yang tidak mengizinkan kita mengungkapkan emosi seenaknya- tetapi faktor kesehatan juga ikut berperan. "Ketika marah, tubuh kita mengalami berbagai perubahan fisiologis, karena amarah memicu reaksi melawan atau lari," kata Christopher Peterson, PhD, pengarang Health anda Optimism dan dosen psikologi di University of Michigan, Ann Harbor.
"Kadar adrenalin meningkat, jantung berdegup lebih kencang, napas memburu dan dangkal, pencernaan berhenti," imbuhnya. Ini sebabnya kita ingin sekali meninju dinding (yang ini tentu merugikan diri sendiri) atau wajah seseorang.
Sering marah telah umum dipandang sebagai faktor yang ikut meningkatkan risiko mengidap penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan penyakit-penyakit mematikan lain, terutama jika Anda memang jenis orang yang mudah marah. Marah juga berpengaruh terhadap kemampuan mental.
"Semua emosi mempunyai pengaruh tertentu kepada cara kita berpikir, tetapi emosi-emosi yang kuat sungguh dapat memperlambat kemampuan penalaran kita , kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan kita," kata Dr. Mara Julius, Sc.D, ahli ilmu epidemi psikososial di Univesity og Michigan School of Public Health yang telah lebih dari 20 tahun mempelajari cara mengatasi marah yang berpengaruh pada kesehatan laki-laki dan perempuan.
"Ketika Anda merasa marah atau terbelenggu oleh dendam, semua itu menjadi beban. Pada sebagian orang , ini memperlambat proses berpikir, pada sebagian yang lain, ini menghentikan proses berpikir sama sekali."
Cara Marah yang Benar
Apabila perasaan marah Anda ditangani secara benar, menurut Dr Julius, Anda dapat mengurangi atau mengindari masalah-masalah hubungan sosial dan kesehatan yang bisa muncul karenanya. Maka beginilah cara marah yang tidak sampai menghancurkan segalanya, terutama bila Anda sedang berada di tempat kerja. Ingat, tempat kerja merupakan salah satu tempat yang paling sering membangkitkan amarah.
Cari tempat aman untuk menumpahkan amarah yang bergejolak. Sebelum Anda berbicara dengan orang yang menjadi sumber masalah, bicaralah terlebih dahulu dengan orang yang dapat dipercaya. Pilih teman dekat, pendamping, atau seseorang yang dapat Anda percayai untuk mengungkapkan perasaan marah Anda terhadap pacar, rekan kerja atau bos Anda di kantor. Sebab nekad melabrak atau melemparkan peralatan kerja yang nyaris mengenai kepala bos Anda, bukanlah solusi terbaik.
Dekati orang yang membuat darah Anda mendidih. Setelah rasa marah Anda mereda, bicaralah pada orang yang menjadi "sumber masalah", karena yang paling penting adalah mengartikualsikan perasaan Anda. Awali pembicaraan, misalnya dengan, "Tindakan atau perkataan Anda, sungguh menggangu perasaan saya . Sesuatu harus dibicarakan dan diluruskan. Apakah kita bisa membicarakan hal ini secara baik?"
Kenali hal-hal yang menjadi penyebab kemarahan Anda. Temukan akar masalah untuk menemukan faktor pemicunya, sebab pasti ada hal-hal tertentu yang biasanya mendasari reaksi marah Anda. Bila tidak berhasil, mulailah mencatat ketika reaksi-reaksi marah itu timbul dan menulis pengalaman-pengalaman marah Anda. "Itu memberi Anda kesempatan untuk menenangkan diri, mempelajari segala sesuatunya, dan bereaksi secara lebih rasional. Dan Anda akan merasa mampu mengendalikan diri dengan menghentikan konfrontasi langsung," kata Jerry L, Deffenbacher Ph.D, dosen psikologi di Colorado State University di Fort Collins.
Temukan cara melepaskan diri. Karena Anda mudah naik darah ketika baru marah, ada anjuran agar menggunakan energi yang meluap-luap itu secara positif. "Salah satunya yang terbukti efektif adalah menggunakan energi itu untuk kegiatan fisik," kata Dr Thomas. Anda bisa melakukan jogging ini akan sangat membantu sebab olahraga menyalurkan adrenalin dari reaksi melawan atau lari Anda secara lebih positif ketimbang membiarakannya larut sendiri. Sementara itu, Anda dapat menjernihkan pikiran untuk mengatasi masalah Anda.
Tarik napas dalam-dalam. Ketika Anda diselimuti kemarahan, cobalah untuk mengulur waktu dengan menenangkan diri, -terutama ketika Anda mulai emosional dan hendak menyerang orang lain secara fisik- Anda mungkin bisa pergi sejenak dari situasi tersebut. Carilah tempat sepi untuk meditasi barang semenit sembari menarik napas dalam-dalam. Setelah pikiran Anda tenang, barulah Anda mengemukakan apa yang perlu Anda katakan.
Satu hal lagi yang perlu Anda ingat, selalu lebih baik mengungkapkan perasaan Anda daripada mengatakan pada seseorang bagaimana mereka harus bersikap atau berbuat. Jadi gunakanlah kata ‘aku" untuk mengungkapkan perasaan. Misalnya, "Saya kecewa karena Anda menurunkan gaji saya," daripada mengatakan, "Anda sungguh mengecewakan karena menurunkan gaji saya." Pesan "anda" atau "kamu" terasa menghakimi dan itu akan membuat lawan bicara bersikap defensif. Akibatnya, Anda bertengkar dan masalah semakin parah.
0 komentar:
Posting Komentar